Muncul berseliweran di depan mata
Membuat mataku mulai membengkak
Merangkai satu persatu bayang-bayang indah dalam bingkai kenangan
Membuat mataku mulai membengkak
Merangkai satu persatu bayang-bayang indah dalam bingkai kenangan
Dulu...19 tahun yang lalu...
Ketika aku masih menjadi gadis cilik nan lugu...
Ketika aku masih menjadi gadis cilik nan lugu...
Tanpa sadar, tak jarang kenakalanku membuat ibuku marah...
Dan kau hadir menjadi penengah...
Kau bawa aku ke tempat di mana aku tak lagi berurai air mata ...
Dan yang ada hanyalah canda dan tawa sumringah...
Antara cucu dan sang kakek tercinta...
Dan kau hadir menjadi penengah...
Kau bawa aku ke tempat di mana aku tak lagi berurai air mata ...
Dan yang ada hanyalah canda dan tawa sumringah...
Antara cucu dan sang kakek tercinta...
Aku selalu ingat jemari tangan keriputmu itu...
Yang selalu menjinjing jari kelingking tanganku...
Kepada seorang penjual buah kau bawa aku...
Lalu tanpa lupa kau tawarkan padaku...
Mau buah yang mana cucu...?
Sang gadis cilik dengan lugu...
Menunjuk buah manggis dan rambutan serta mengkudu...
Aku sungguh suka ketiga buah itu...
Sesampai di rumah aku sudah tak lagi menangis...
Bahkan omelan ibu sudah tak lagi aku gubris...
Karena ketiga buah kesukaanku sudah ada dalam genggaman manis...
Bahkan omelan ibu sudah tak lagi aku gubris...
Karena ketiga buah kesukaanku sudah ada dalam genggaman manis...
Satu persatu ku buka kulit buah berampas...
Manis sekali, Kek..ku ucapkan dengan lugas...
Manis sekali, Kek..ku ucapkan dengan lugas...
Namun apalah daya...
Sekarang...di saat usiaku genap 24 tahun...
Kau tunjukkan padaku tubuhmu yang terbujur kaku...
Aku tidak tahu harus berbuat apa...
Yang ku tahu hanyalah doa di atas pilu berlapis asa...
Sekarang...di saat usiaku genap 24 tahun...
Kau tunjukkan padaku tubuhmu yang terbujur kaku...
Aku tidak tahu harus berbuat apa...
Yang ku tahu hanyalah doa di atas pilu berlapis asa...
Kefanaan terpampang begitu nyata..
Saat maut datang merenggut nyawa...
Hanya satu yang kupinta...
Kakeeeek.....tolong bangunlah sebentar saja...
Saat maut datang merenggut nyawa...
Hanya satu yang kupinta...
Kakeeeek.....tolong bangunlah sebentar saja...
Ku ingin bawakan terang bulan untukmu...
Akan kucarikan sama persis seperti yang dulu...
Terang bulan yang kau belikan khusus buatku...
Akan kucarikan sama persis seperti yang dulu...
Terang bulan yang kau belikan khusus buatku...
Saat kutemui sebuah peluit...
Serta uang receh berjumlah 7 ribu dalam kantong celanamu...
Tak plak membuatku menangis tersedu-sedu...
Serta uang receh berjumlah 7 ribu dalam kantong celanamu...
Tak plak membuatku menangis tersedu-sedu...
Hingga sampai rambutmu ubanan
Dan kulit keriputmu yang semakin menua...
Tidak pernah kau mau berhenti bekerja...
Walau hanya untuk sesuap nasi saja...
Dan kulit keriputmu yang semakin menua...
Tidak pernah kau mau berhenti bekerja...
Walau hanya untuk sesuap nasi saja...
Kakeeeeek.... bangun...
Ku mohon...
Seka air mataku agar tak lagi mengucur...
Lalu bisikkan padaku bahwa kau bahagia di keabadian...
Ku mohon...
Seka air mataku agar tak lagi mengucur...
Lalu bisikkan padaku bahwa kau bahagia di keabadian...
Pancor, 13/01/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar