Sabtu, 17 Oktober 2015
Jumat, 16 Oktober 2015
Bulir-bulir Keluhku
Hamzan Saputra
Bulir-bulir keluhku
Telah lama mengalir deras
Terhembus sang bayu tanpa jeda
Entah apa ada yang peduli
Namun satu yang pasti
Sesak di dada tak sempat membuncah
Menjadi tangis
Walau kesedihannya
Telah tercatat
Telah lama mengalir deras
Terhembus sang bayu tanpa jeda
Entah apa ada yang peduli
Namun satu yang pasti
Sesak di dada tak sempat membuncah
Menjadi tangis
Walau kesedihannya
Telah tercatat
Untukmu Punggawa Jahat
Perkara yang memilukan menyampah datang
Belum usai tersiar kabar lama,
Kabar baru mengguyur tiba-tiba.
Laksana serpihan kayu
Anak-anak di negeri ini
Tersia-siakan bagai bekas serutan
Terabaikan tanpa masa depan
Dalam pilu sebagai sebuah pesan.
Ketika Mulut Tak Sanggup Bicara
Ketika hati mulai terluka
Nanar mata menyemburatkan nestapaKian meliuk hati terseok luka
Api dalam genggaman kian membara
Niat hati hendak menghibur
Malah ditampi dengar sejuta hujatan
Sakit hati kian membilur
Badan kian lemas mendengar gunjingan
Malangnya nasib ya badan
Kicauan Hati Seorang Cucu pada Sang Kakek
Muncul berseliweran di depan mata
Membuat mataku mulai membengkak
Merangkai satu persatu bayang-bayang indah dalam bingkai kenangan
Membuat mataku mulai membengkak
Merangkai satu persatu bayang-bayang indah dalam bingkai kenangan
Dulu...19 tahun yang lalu...
Ketika aku masih menjadi gadis cilik nan lugu...
Ketika aku masih menjadi gadis cilik nan lugu...
Tanpa sadar, tak jarang kenakalanku membuat ibuku marah...
Dan kau hadir menjadi penengah...
Kau bawa aku ke tempat di mana aku tak lagi berurai air mata ...
Dan yang ada hanyalah canda dan tawa sumringah...
Antara cucu dan sang kakek tercinta...
Dan kau hadir menjadi penengah...
Kau bawa aku ke tempat di mana aku tak lagi berurai air mata ...
Dan yang ada hanyalah canda dan tawa sumringah...
Antara cucu dan sang kakek tercinta...
Langganan:
Postingan (Atom)